>>>

Perjuangan Mewujudkan Kabupaten Meranti dari Seorang Jurnalis

riaueditor_Kilas-Balik--Peran-Pers-Pada-Pemekaran-Meranti--2- Sigapnews.com | Selatpanjang - Perjuangan memang selalu diiringi dengan kata pengorbanan dan penderitaan. Dalam setiap perjuangan selalu ada onak dan kerikil tajam yang menghadang setiap ayunan langkah demi mencapai satu tujuan.

Demikian halnya dengan perjuangan pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti beberapa tahun silam. Kalangan insan pers di Selatpanjang, wartawan yang pro pemekaran atau pun hanya menuangkan simpati atas aksi para pejuang melalui tulisan, bisa dipastikan menerima perlakuan yang sangat tidak menyenangkan.

Bukan saja dari pihak luar, namun justru dari rekan satu profesi yang berbeda pandangan. Bahkan bagi para pejuang, cerita aksi kekerasan merupakan hal biasa. Adalah Defrianto, salah seorang wartawan di Selatpanjang yang pada masa bergejolak itu cukup getol menulis setiap aksi dan peristiwa yang berkaitan dengan tuntutan pemekaran Kepulauan Meranti. Defrianto sadar dengan resiko yang dihadapi saat ia berdiri di pihak pro pemekaran. Namun komitmennya terhadap profesi sebagai seorang jurnalis meneguhkan sikapnya untuk berdiri bersama kelompok minoritas pro pemekaran.

Seperti juga beberapa rekan seprofesi yang satu pandangan dengannya, sebagai kelompok minoritas Defrianto paham betul konsekuensi yang akan diterimanya jika berdiri di pihak pro pemekaran. Walau pun dikucilkan dari pergaulan wartawan Selatpanjang yang mayoritas anti pemekaran, nurani sebagai seorang wartawan memaksanya untuk berdiri di pihak minoritas yang tengah memperjuangkan kehidupan dan masa depan daerahnya agar lebih cemerlang.

"Ada beberapa alasan kenapa saya tertarik dengan pemekaran Kepulauan Meranti ini. Pertama memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya sebagai wartawan untuk memberitakan setiap peristiwa, kedua, Defrianto menilai gerakan pemekaran ini bukanlah isapan jempol belaka, tetapi lebih dari gerakan yang kredibel, artinya setiap langkah dari gerakan ini telah diperhitungkan dengan baik, bukan hanya sekedar menuntut pemekaran tanpa visi misi yang pasti ke depannya,� kata Defrianto.

Alasan lain ketertarikannya pada gerakan ini adalah tak lebih dari panggilan hati nurani dan idealisme seorang wartawan. Dari sekian banyak wartawan di Selatpanjang, hanya beberapa saja di antaranya yang mendukung dan memberitakan aksi tuntutan pemekaran kabupaten Kepulauan Meranti, bahkan wartawan yang merupakan jati Meranti sekalipun enggan mendukung gerakan ini.

Defrianto memang bukan anak jati asli Meranti, ia hanya pendatang dari Pekanbaru yang ditugaskan melakukan tugas-tugas jurnalistik di Selatpanjang.

"Tapi memang ironis sekali. Beberapa tokoh pemekaran sempat mengeluhkan hal ini kepada saya, gerakan mereka kurang terekspos," ucap wartawan yang di tahun 2000 turut meliput kerusuhan di Selatpanjang ini.

Beranjak dari itu, Defrianto semakin gencar menulis berita tentang tuntutan masyarakat untuk pemekaran Kepulauan Meranti. Meski tekanan berbagai pihak ia rasakan semakin kuat, justru hal itu semakin membesarkan semangatnya memperjuangkan terwujudnya kabupaten Kepulauan Meranti. Intimidasi dan tekanan yang terus datang bertubi-tubi, bagi Defrianto belumlah seberapa. Ejekan serta cibiran dan pandangan sinis dari pihak-pihak yang tak mendukung pemekaran, memang sudah menjadi makanan sehari hari rekan-rekan wartawan yang pro pemekaran ketika itu.

Defrianto mungkin tak pernah membayangkan ketika orang Meranti yang duduk di pemerintahan mencibir wartawan asal luar daerah yang pro terhadap pemekaran Kepulauan Meranti. Padahal orang itu sadar betul dan paham dengan maksud dan tujuan pemekaran.

"Dulu, ada PNS yang mengatakan bahwa ia akan minum air kencing saya kalau Meranti berhasil dimekarkan," kisah Defrianto.

Disekap
Berbagai cobaan yang dihadapi Defrianto ternyata tak cukup sampai pada ejekan dan hinaan saja. Wartawan harian Metro Riau ini bahkan pernah disekap di sebuah kamar hotel oleh orang-orang berpostur tegap dan tinggi yang tak dikenalnya.

"Memang saya sempat ditanyai beberapa orang itu, "Kamu kenapa ikut menulis berita pemekaran meranti. Kamu bukan orang sini, tidak usah tulis berita orang-orang gila itu," tutur Defrianto meniru ucapan orang yang menyekapnya.

Entah memang mungkin tuhan masih melindungi Defrianto, akhirnya pria kelahiran Pekanbaru ini diselamatkan oleh tokoh-tokoh Meranti, yaitu Yong Dolah alias Naslim Monas, bang Saiful Ikram, bang Tarmizi AP dan H Katan.
Perjuangan memekarkan Meranti dari Kabupaten Bengkalis melalui media massa ini diibaratkan sebagai perang yang tak seimbang. Sejumlah media besar yang diharapkan bisa memberikan informasi lebih luas kepada masyarakat, seakan dengan sengaja meredam berita gejolak di Meranti yang saat itu tengah membara.

"Hanya beberapa media yang tampaknya konsisten dengan perjuangan saat itu, seperti Infonusantara, Riau Pesisir, Metro Riau, Riau Tribun dan Riau Mandiri. Media Infonusantara seingat saya pernah masukkan 500 eksemplar ke Jakarta, agar masyarakat Meranti di Jakarta dan pemerintah pusat tahu situasi yang tengah berkembang di Selatpanjang," ujar Defrianto.

Masih berkisah tentang pengorbanan, Defrianto dengan modalnya sendiri kemudian mendirikan media sendiri, yakni Selatpanjang Pos. Setiap halaman media mingguan ini dikhususkan dan diisi dengan berita-berita gerakan perjuangan pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Kita sadar masyarakat yang menginginkan pemekaran haus dengan berita-berita pergerakan perjuangan pemekaran di Selatpanjang ini. Tujuan didirikannya media ini adalah untuk mengobarkan semangat masyarakat demi tercapainya tujuan membentuk Kabupaten Kepulauan Meranti," jelas Defrianto.

Kemudian hari ini, enam tahun sudah masyarakat merasakan hasil perjuangan para pejuang pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti. Defrianto tak lagi menulis tentang tuntutan pemekaran. Namun jemarinya masih tetap gatal untuk terus menulis kritikan-kritikan sebagai kontrol sosial untuk Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Saya berharap Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti benar-benar menjalankan apa yang diamanatkan masyarakat serta juga amanat dan tujuan mulia para penggagas pemekaran daerah ini agar menjadi kabupaten dahulu. Kelola APBD dengan baik dan jangan mengesampingkan kemelaratan," ujar Defrianto.

Kekurangan SDM di kabupaten termuda di Riau ini agar tidak dijadikan alasan lambatnya realisasi pembangunan daerah ini. Bahwasanya daerah ini memiliki potensi, "dan potensi ini harus dibangun dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Meranti itu sendiri," tutup Defrianto mengakhiri.(TOMY/RHMY)

G+

About iyes87

Kirimkan Informasi Terbaru Anda Ke Redaksi Kami
    Blogger
    Facebook

0 comments:

BERITA TERBARU

INFO DIREKSI
  • CONTACT US

    PT Cakra Riau Indonesia

    Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D

    Kedoya - Kebon Jeruk

  • ADVERTISE WITH US

    Tel : 021 - 58300077 ext 11022

    Fax : 021 - 5814825

    sales.online[at]cakrariau.com

  • SOCIAL MEDIA

    Twitter

    Facebook

    g+