Sigapnews.com | Inhu - Visualisasi kilas balik peristiwa 5 Januari 1949 yang ditampilkan sekitar 250 orang pemain dari berbagai latar belakang pada peringatan peristiwa bersejarah di Kota Rengat, Senin (05/01/15). Kilas balik ini berawal dari 2 kapal perang milik Belanda datang dari arah Tembilahan. Kemudian secara tiba-tiba mendarat di Sungai Indragiri, Senin, 5 Januari 1949, sekitar pukul 09.00 Wib.
Dari dalam kapal perang bernama Gajah Merah, ratusan pasukan baret merah Belanda atau sering disebut Korp Spesialie Tropen (KST) dibawah komando Kapten Skendel keluar dan membakar Markas Kodim, Markas Polisi, stasiun radio, sentral telepon, gudang pelabuhan hingga Rumah Sakit.
Kedatangan dua kapal perang Gajah Merah tersebut setelah sebelumnya pesawat Belanda membombardir Kota Rengat dan menerjunkan pasukan payung. Seketika bunyi bom yang meledak di tanah bersatu dengan pekik histeris warga yang panik.
Dengan senjata otomatis dan modern, pasukan Belanda semakin ganas dan kejam. Mereka tidak bisa lagi membedakan antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI), dengan masyarakat sipil. Para Serdadu Belanda menembaki anak-anak, ibu hamil dan orang tua dengan membabi buta.
Tidak puas sampai di situ, Serdadu Belanda kemudian mengumpulkan lebih 2.000 penduduk dari segala penjuru Rengat. Mereka kemudian di bariskan di pinggir Sungai Indragiri dan setelah itu terjadilah pembantaian massal. Sungai Indragiri yang kala itu tengah banjir, seketika berubah warna menjadi merah, karena bercampur darah.
Bupati Indragiri Tulus yang mendapatkan laporan tentang penyerbuan tentara Belanda memilih tetap bertahan di Kota Rengat. Namun beliau kemudian ditembak oleh Serdadu Belanda didepan istri dan anak-anaknya. Jasadnya dibuang di Sungai Indragiri bersama jasad ajudannya Tandean yang turut ditembak tentara Belanda.
Itulah sepenggal visualisasi kilas balik peristiwa 5 Januari 1949 yang ditampilkan sekitar 250 orang pemain dari berbagai latar belakang pada peringatan peristiwa bersejarah di Kota Rengat, Senin (05/01/15).
Visualisasi ini terasa lebih nyata dan menyentuh karena langsung menggunakan peralatan perang seperti senjata milik TNI, Tagboad yang sudah didesain menyerupai kapal perang Belanda, serta dentuman bunyi bom dan meriam yang memekakkan telinga.
Bahkan sangking terharu dan sedihnya menyaksikan visualisasi peristiwa 5 Januari 1949 tersebut, Bupati Inhu H Yopi Arianto, Danrem 031 Wirabima Brigjend TNI Prihadi Agus Irianto, pelaku sejarah Imron Suherman dan saksi sejarah Dwi Yana yang merupakan cucu dari Bupati Tulus, tampak meneteskan airmata.
Bupati Inhu, H Yopi Arianto beberapa kali terlihat menyeka airmatanya dengan menggunakan tisu. Hal itu juga dilakukan Danrem 031 Wirabima Brigjend TNI Prihadi Agus Irianto hingga matanya terlihat sembab. Bahkan cucu Bupati Tulus, Dwi Yana tertunduk sembari terisak ketika melihat adegan kakeknya dibunuh dengan kejam oleh Belanda, dan jasadnya dibuang ke Sungai Indragiri.
Sebelum penampilan visualisasi tersebut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara peringatan peristiwa 5 Januari 1949 tepat di depan tugu agresi. Usai pagelaran visualisasi tersebut dilakukan tabur bunga di Sungai Indragiri oleh Bupati Inhu H Yopi Arianto, Danrem 031/WB Brigjend TNI Prihadi Agus Irianto, Wakil Bupati Inhu H Harman Harmaini, Ketua DPRD Inhu Miswanto, Dandim Inhu Letkol A Panjaitan, Kapolres Inhu AKBP Ari Wibowo, Sekda Inhu Raja Erisman, Ketua DPC Pemuda Panca Marga (PPM) Inhu Herizal, para pelaku sejarah/ veteran, dan para saksi sejarah.
Bupati Inhu H Yopi Arianto mengakui dirinya menangis ketika menyaksikan visualisasi peristiwa 5 Januari 1949 tersebut. Ia merasakan bagaimana situasi yang terjadi pada saat itu, hingga ribuan masyarakat menjadi korban kekejaman Serdadu Belanda.
�Ini merupakan yang pertamakalinya kita tampilkan visualisasi peristiwa 5 Januari 1949. Saya punya cita-cita dan berujar, mudah-mudahan tahun depan kita bisa tampilkan juga visualisasi terjun payung pasukan Serdadu Belanda dengan menggunakan pesawat Hercules,� ujarnya.
Bupati juga menyampaikan permohonan maaf jika dalam visualisasi peristiwa 5 Januari 1949 ada yang tidak sesuai dan ia berharap peristiwa bersejarah tersebut bisa menjadi pelajaran bersama untuk semua generasi muda di Inhu didalam mengisi Kemerdekaan untuk turut berperan serta didalam mengisi pembangunan.
Selain itu, Danrem 031 Wirabima Brigjend TNI Prihadi Agus Irianto mengungkapkan bahwa dari visualisasi peristiwa 5 Januari 1949 tersebut tergambar begitu banyak pejuang yang gugur. Karena itu, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya.�Luar biasa visualisasi yang ditampilkan, saya terharu dan sampai sekarang mata saya masih sembab,� ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPC- PPM Inhu, Herizal mengungkapkan bahwa visualisasi peristiwa 5 Januari 1949 kembali membuka ingatan kita tentang kekejaman Serdadu Belanda saat membantai rakyat Indragiri. Ia mengaku merinding melihat adegan tadi. Saya tidak sanggup membayangkan adegan ribuan rakyat Indragiri di bantai dan mayatnya dihanyutkan di sungai Indragiri,"akunya, dengan nada parau, sembari menyeka air matanya.
Sambung Herizal, �Kita doakan semoga arwah para pejuang diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Saya berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah Indragiri,� pesannya. Liputan Marlan Efendi Samosir
0 comments:
Post a Comment